-
Continue reading →: Bercermin pada Obama
Mengapa pengesahan legalnya pernikahan sejenis di 50 negara bagian Amerika Serikat begitu heboh? Toh negara Eropa lain sudah lama melakukan hal sama tapi tidak menjadi bahan keributan sedunia. Salah satu alasannya sederhana. Sebab, media yang tersebar secara internasional, baik yang konvensional maupun media sosial, memang masih terpusat di sana. Zuckerberg…
-
Continue reading →: Hukuman Mati
Mungkin karena latar kebudayaan dan agama yang hukumnya (hampir) selalu ada keringanan dan pengecualian, saya sulit menganut deontologi. Deontologi adalah pandangan etika yang menekankan pada kewajiban (deon), tanpa harus melihat konsekuensi kewajiban itu. Artinya, dalam kondisi apapun dan akibat apapun, kewajiban itu haruslah dilaksanakan. Dalam hal hukuman mati, kewajiban itu…
-
Continue reading →: Pascamodernisme dan Iman
Akhir pekan lalu saya ke Bandung. Di hari Jumat itu saya janji ketemu dengan kawan satu almamater. Setelah sampai di daerah kota, ternyata kawan saya masih ada acara. Saya pun memutuskan ke Jalan Nias, kampus Filsafat Unpar. Sudah sore, tapi tak apa. Kalaupun kampus kosong, toh tetap lumayan buat berteduh.…
-
Continue reading →: Charlie Hebdo dan pentingnya nalar praktis
7 Januari 2015. Dua belas tewas dalam penyerangan kantor redaksi Charlie Hebdo oleh dua pemuda dengan senjata api. Tak terhindarkan bahwa khalayak segera menghubungkan serangan itu dengan konten Charlie Hebdo, majalah satire yang kerap menampilkan olok-olok tentang apapun–termasuk seringkali dan akhir-akhir ini soal Islam. Saya, seperti kebanyakan warga sedunia yang lain,…